Perpustakaan
sangat erat hubungannya dengan pustakawan, karena setiap keberadaan
perpustakaan selalu membutuhkan pustakawan. Meskipun terkadang orang yang disebut pustakawan itu
masih abal-abal, tidak sesuai dengan
passion mereka. Dalam hal ini dimaksudkan pustakawan yang tercipta secara
instan, yang cukup mengikuti diklat kepustakawanan dalam waktu 4 s/d 7 hari,
dan secara langsung ia disebut pustakawan. Tentu hal tersebut tidak sesuai
dengan profesi pustakawan yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus. Kenapa
perpustakaan sangat membutuhkan pustakawan? Bagaimana jika perpustakaan tidak
memiliki pustakwan? Lalu seperti apakah kiprah, kompetensi, dan perspektif
pustakawan dalam perpustakaan? Sebelumnya akan dibahas apakah pengertian
perpustakaan itu sendiri. Karena tanpa mengetahui esensi perpustakaan secara
detail dapat menimbulkan substansi yang berbeda dengan kenyataan.
“Pustakawan
bukan merupakan profesi yang bergantung pada jabatan semata, namun pustakawan
merupakan profesi yang erat kaitannya dengan cinta. Kenapa harus dengan cinta?
Ya, karena cinta itu tumbuh karena adanya rasa suka, kepeduliaan. Jika sudah
cinta sebagai pustakawan maka engagement akan muncul seiring dengan waktu. Cinta
bisa berkembang lalu tumbuh menjadi indah, namun cinta juga mampu redup dan
akhirnya mati. Begitulah salah satu tokoh bernama Blasius Sudarsono mengungkapkan
dalam salah satu bukunya. Memang cinta itu dapat mengawali segala hal yang awalnya
membosankan berubah menjadi mengasyikkan. Cinta kepada orang lain mungkin
memang mudah kita padukan, namun jika
perlahan mulai meninggalkannya itulah tanda-tanda cinta akan redup dan lambat
laun mati. Seperti halnya menjadi pustakawan. Lalu apakah kecintaan kita terhadap
perpustakaan dan pustakawaan akan demikian? Ataukah mungkin kita bisa mencintai
perpustakaan dan pustakawan dengan sempurna?”
- November 22, 2014
- 0 Comments